Six sigma adalah sebuah metodologi yang sudah berkembang dan populer digunakan di dunia. Istilah di dunia bisnis ini identik dengan tindakan perbaikan dan peningkatan proses, serta pengendalian kualitas secara terus menerus.

Dalam perkembangannya, perusahaan tentu haruslah meningkatkan kualitas dan kuantitas agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Adanya transformasi digital yang semakin memberikan kemudahaan bagi karier perusahaan, baik skala besar maupun kecil, menciptakan peluang untuk memperdalam bisnis dengan lingkungan persaingan yang serba cepat.

Nah, hal tersebut bisa dilakukan salah satunya dengan penerapan metode six sigma. Mari simak penjelasan selengkapnya berdasarkan jurnal karya Danang Prihandoko, ST, MM dari BINUS UNIVERSITY berikut ini.

Ilustrasi quality check dengan six sigma.

Apa itu six sigma?

Six sigma berasal dari kata six yang berarti enam dan sigma yang berarti standar deviasi atau salah satu bentuk ukuran sebaran data dalam ilmu statistika. Ia menjadi pendekatan data yang menggunakan ilmu statistika untuk menghilangkan atau mengurangi cacat serta meningkatkan keuntungan.

Six sigma dapat dikatakan sebagai seperangkat metode dan teknik manajemen untuk meningkatkan kemampuan dan perkembangan proses bisnis, caranya dengan meminimalisir kemungkinan kesalahan. Dengan begitu, perusahaan bisa meningkatkan performa bisnis mereka.

Metodologi ini berasal dari kurva lonceng pada statistika, di mana satu sigma memiliki kewajiban satu standar deviasi dari nilai rata-rata yang ada. Jika dalam proses menghasilkan enam sigma yang terdiri atas tiga sigma di atas kurva dan tiga lainnya di bawah kurva, maka dapat dinilai tingkat kegagalannya rendah. Semakin tinggi nilai sigma, akan semakin kecil adanya kemungkinan cacat.

Penggunaan six sigma dari masa ke masa

Awal mula penggunaan metodologi ini dimulai oleh Motorola pada tahun 1980-an, yang dimotori salah satu engineer bernama Bill Smith. Saat itu, ia mendapat dukungan penuh dari CEO-nya yaitu Bob Galvin. Pada kasus ini, Motorola menggunakan perangkat statistik yang diramu dengan penggunaan ilmu manajemen financial metrics (Return on Investment/ROI) sebagai salah satu alat ukur dari kualitas pengembangan proses. Kemudian, konsep ini dikembangkan lebih lanjut oleh Dr. Mikel Harry dan Richard Schroeder.

Tidak hanya Motorola, General Electric (GE) juga merupakan perusahaan yang turut mengembangkan metode ini. Pada tahun 1995, CEO Jack Welch mendorong institusi lain untuk “fanatik” terhadap six sigma. Hal ini yang membuat General Electric (GE) bergerak maju jauh lebih pesat.

Tercatat ada banyak perusahaan global terkemuka berhasil menjalankan metode ini, seperti Motorola, GE, Allied Signal, IBM, Desember, Texas Instruments, Sony, Kodak, Nokia, dan Philips Electronics. 

Adanya pencapaian keberhasilan yang luar biasa berkembang dari pengaplikasian metode ini, menjadikan six sigma populer di berbagai industri layanan yang berorientasi pelanggan untuk meningkatkan kualitas layanan.

5 Prinsip six sigma

Dalam pengaplikasiannya, metodologi ini memiliki pondasi yang terangkum setidaknya dalam lima prinsip utama. Berikut ulasan masing-masingnya.

  1. Konsumen adalah fokus utama

Perlu adanya penetapan standar kualitas yang disesuaikan dengan minat dan keinginan pelanggan atau pasar. Tujuannya agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi pelanggan dan mendapatkan loyalitas pelanggan.

  1. Identifikasi masalah yang ada

Perlu adanya pemetaan proses dalam mengumpulkan data agar dapat mengidentifikasi masalah yang perlu diselesaikan. Pada prinsipnya, penerapan metode ini perlu adanya tujuan yang jelas agar proses pengumpulan data menjadi cepat dan tepat.

  1. Melibatkan berbagai pihak

Libatkanlah para stakeholder agar permasalahan dan penyelesaian dapat diidentifikasi secara maksimal. Semua pihak tentu harus memahami betul konsep dan sistem penerapan six sigma agar dapat memperlancar proses serta meminimalisir risiko kegagalan.

  1. Buat ekosistem yang responsif dan fleksibel

Segala bentuk inefisiensi atau pemborosan harus dihilangkan dalam penerapan six sigma. Perusahaan perlu membangun adanya budaya yang fleksibel dan responsif, khususnya saat melakukan perubahan prosedur agar lebih efektif.

  1. Kurangi proses yang tidak perlu

Pada prinsipnya, perlu adanya proses eliminasi atau pengurangan untuk aktivitas yang dirasa kurang bermanfaat bagi produk akhir. Tujuannya demi meningkatkan kualitas dan efisiensi proses.

Jadi, penerapan six sigma akan berhasil mencapai tujuan jika prinsip-prinsip tersebut turut dilaksanakan dengan tepat. Sudah paham dengan metode six sigma? Atau masih butuh informasi lain? Kamu bisa membaca salah satu jurnal Danang Prihandoko, ST, MM dari BINUS UNIVERSITY. Di sana, kamu akan menemukan berbagai informasi lainnya mengenai metodologi ini.

Namun, jika ingin memiliki pemahaman mendalam seputar six sigma maupun strategi bisnis lainnya, kamu bisa bergabung dengan program kuliah S1 online di BINUS ONLINE LEARNING. Kamu bisa mengikuti kuliah online dengan waktu lebih fleksibel dan efisien, sehingga tidak bertabrakan dengan jadwal kerja. Tunggu apa lagi, yuk segera gabung bersama BINUS ONLINE LEARNING!